Jumat, 22 Januari 2010

Dituduh Rasis, Bonek Minta PSSI Belajar Bahasa

Suporter Persebaya, Bonek buka suara mengenai hukuman tidak boleh mendampingi Bajul Ijo disemua laga away selama dua tahun. Bonek menganggap, Komisi disiplin (Komdis) PSSI berlaku tidak adil dan terkesan 'mematikan' Bonek.

Hal itu dikarenakan ulah salah satu oknum Bonek yang nekat memasuki lapangan untuk ikut merayakan gol Lucky Wahyu, saat Persebaya tandang ke markas Pelita Jaya lalu. Beruntung aksi itu tidak berlanjut karena langsung diamankan oleh panpel.

Salah satu dedengkot Bonek, Nur Hasyim, Jumat (22/1/2009) mengaku keberatan dengan hukuman yang diberikan untuk Bonek. Ia mengendus hukuman yang diberikan Komdis terkesan tebang pilih dan kurang mendidik. Komdis sendiri telah menghukum panpel Pelita dengan denda Rp 20 juta.

"Kita tidak ada yang masuk ke lapangan, tapi kalau di pinggir lapangan memang iya. Seharusnya yang dipersalahkan panpel, mengapa mereka bisa sampai di situ. Bagaimana kinerja keamanan panpel kok sampei kecolongan seperti itu," tandas Hasyim saat dihubungi pagi ini.

Hasyim menambahkan, dia sangat heran dengan ulah Komdis yang menjatuhkan hukuman percobaan berupa denda Rp250 juta kepada panpel Persebaya. Ini merupakan buntut nyanyian rasis yang dilakukan Bonek saat Bajul Ijo bertemu Arema 16 Januari lalu.

"Kok malah semakin lucu. Sepertinya Komdis harus belajar tata bahasa. Hujatan dengan rasis beda kan. Jangankan di Indonesia, di Inggris suporter juga saling menghujat. Kami, Aremania, LA Mania, Persikmania sama-sama orang Jawa kok. Kalau kami menghina suku atau ras lain baru itu dikatakan rasis," lanjut Hasyim.

Sebelumnya, hukuman serupa juga diterima Persela Lamongan karena LA Mania. Saat itu, alasan komdis juga saja, yakni nyanyain LA Mania yang menghujat Persebaya dinilai mengandung unsur rasisme.

Padahal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rasisme adalah prasangka berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan yang berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda; atau paham yang memandang ras diri sendiri adalah ras yang paling unggul.

"Ya gitu deh PSSI. Perlakuan komdis terkesan tebang pilih. Seharusnya memberikan hukuman yang mendidik. Kalau orang berbuat salah harus dibetulkan, jangan dihukum seperti itu. Persebaya kan baru di Superliga, tapi apa PSSI sosialisasi aturan ke suporter," sambung pria berambut gondrong itu.

Tak hanya itu, ia mencium selama ini hukuman atau denda menjadi ladang bisnis bagi PSSI. Sebab denda yang diberikan komdis nilainya cukup besar. "Dikit-dikit denda, emang mau kemana larinya uang itu. Kalau mau adil Komdis juga harus mau dikoleksi. Jangan hanya berikan hukuman tanpa tidak ada solusi," paparnya.

Ia hanya berharap ke depan Komdis harus bersikap lebih adil. Sebab selama ini dirinya bersama barisan Bonek sudah berusaha untuk mengubah imej menjadi suporter bermartabat. Tapi menurutnya, selama ini tidak ada apresiasi dari kalangan sepakbola nasional

"Coba lihat kalau kita main di kandang, kalah, menang atau seri kita bisa menerima hal itu. Kita tidak perlu penghargaan, cukup apreasiasi. Lagi pula suporter di Indonesia tidak ada yang terbaik, kalau suporter terkreatif oke kita bisa terima itu," pungkasnya.

Memang beberapa pekan ini kinerja Komdis dalam sorotan. Lihat bagaimana mereka mendegradasi Persikad Depok akibat gagal menggelar pertandingan lawan Pro Duta dan Persiba Bantul. Itu pun masih ditambahi denda Rp 250 juta dan tidak diperkenankan mengikuti kompetisi Divisi I musim berikutnya.

Padahal fakta lain menunjukkan bagaimana murah hatinya PSSI ketika Persija Jakarta gagal menggelar laga lawan Persebaya dan Persitara Jakarta Utara dengana lasan tidak mendapat izin keamanan. Kalau mau adil, seharusnya Macan Kemayoran kalah WO, atau kalau mau lebih kejam, mereka juga harus menerima hukuman seperti Persikad.


Sumber: beritajatim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar