Senin, 01 Maret 2010

Dari Lubuk Hati Ku...


Kami tak tahu, kapan kami mulai lahir......
Semuanya mengalir dan berjalan melintasi waktu
Dengan apa adanya......
Sampai saat inipun kami masih aktif mengorganisir
Diri kami dan menjalin.

tali persahabatan.....
Dari masa ke masa...hingga era kini...
Kami selalu dihujat... di caci.....
Kami sudah kenyang dengan nasi vonis.....dengan
Lauk pauknya komdis..serta..piringnya Komding
Kami mohon ma’af..atas ulah adik-2 kecil kami
Yang selalu meresahkan selama ini...
juga peringatan bagi oknum-2 yang selama ini memanfaatkan
atas nama kami...slogan kami...
Keberingasan bukan semboyan kami
Apapun cerita kami diluar sana......
Apapun foto-foto kami diluar sana.....
Apapun Ulasan-2 kami diluar sana
Sangat bermanfaat bagi mereka-mereka yang
Menghujat kami..!
Kami tidak butuh...pembenaran...
Kami tidak butuh..alasan
Inilah kami.....para BONEK yang tetap exist..
SAMPAI KINI.....
Tak sebilah Pedangpun bisa melukai diriku..
Tak lelah dan tak akan habis keringat kami
memperbaiki citra BONEK...
sampai kapanpun kami akan terus bersama
bersatu memeperbaiki diri..
AYO BERSAMA KITA BANGUN NAMA BONEK
Dengan rasa Cinta dan Kebersamaan...........
Tak ada yang lain, selain dirimu..
Yang selalu kupuja...
Ku sebut namamu..
Disetiap hembusan nafasku
Ku sebut namamu...
Ku sebut namamu.

BONEK: DULU & SEKARANG!

Berbicara tentang sepakbola pasti tidak akan lepas dari yang namanya pendukung atau supporter.

Di dunia kita telah mengenal nama–nama supporter fanatik club-club besar dunia, seperti Milanisti (AC Milan), Madridisti (Real Madrid), dll. Di Indonesia sendiri juga dikenal nama-nama supporter super fanatic, sebut saja Bonek (Persebaya), Viking (Persib), Brajamusti (PSIM), Panser Biru dan Snek ( PSIS ), dsb.

BONEK
Mendengar nama Bonek sebutan supporter kesebelasan kebanggaan arek-arek suroboyo yaitu Persebaya Surabaya, pasti tidak asing lagi di telinga para pecinta bola di tanah air, mungkin juga di dunia.
Bonek adalah gerombolan anak muda supporter sepak bola yang datang ke pertandingan sepak bola dengan modal nekat. Nama Bonek sendiri muncul ketika pada tahun 1988 Persebaya lolos ke final di istora senayan. Dengan menggunakan 110 bus dan dikoordinir oleh pak Dahlan Iskan yang pada waktu itu menjabat sebagai pemimpin redaksi harian Jawa Pos, bonek menyerbu Ibukota untuk memberikan dukungan pada tim kebanggannya Persebaya Surabaya. Sedangkan yang tidak terkoordinir datang menggunakan kereta api dengan membawa modal pas-pasan mereka tetap nekat datang ke Jakarta, karena kecintaannya pada Persebaya Surabaya. Berbicara bonek tidak saja berasal dari Surabaya, melainkan seluruh Jawa Timur pada umumnya, seperti Pandaan, Pasuruan, Mojokerto, dsb. Dengan modal pas-pasan serta kenekataanya itulah masyarakat menamakan pendukung Persebaya Surabaya dengan sebutan Bonek alias Bondo Nekat (modal nekat).

Sekarang ini Bonek telah mengalami perubahan yang sangat pesat, tepatnya 5 tahun yang lalu. Sebagai contoh adalah Bonek menerima dengan ramah supporter Persib Bandung yaitu Viking, dan supporter PSIS Semarang (Panser Biru), yang notabene keduanya pada tahun sebelumnya merupakan musuh bebuyutan Bonek. Sempat ada omongan dari teman-teman Viking, kala itu mereka berangkat ke Surabaya dengan perasaan tidak tenang dan mereka berjanji akan mencari pos polisi terdekat serta rumah sakit terdekat jika nantinya terjadi hal yang tidak diinginkan, akhirnya rasa takut dan cemas itu sirna melihat perlakuan yang sangat baik dari Bonek. Setelah Viking tamu-tamu berikutnya silih berganti mengunjungi Tambaksari yg terkenal angker buat siapapun seperti : Ultrasmania Gresik, Persikmania Kediri, Banaspati, Deltamania dan suporter PSMS Medan maupun Wamena dalam laga lanjutan 8 besar LI kemarin.

Untuk merubah citra negative yang telah melekat dalam diri Bonek tidaklah muda seperti kita membalikkan telapak tangan kita. Bonek sendiri ada dua yaitu Bonek Terkoordinir dan Bonek tidak terkoordinir atau biasa disebut Bonek Liar. Merubah citra Bonek telah berbagai cara dilakukan oleh YSS (Yayasan Suporter Surabaya), selaku wadah supporter Surabaya, saat ini YSS telah memiliki 6.000 anggota. Jumlah itu masih sedikit mengingat kapasitas stadion Gelora 10 November adalah 25.000. Bapak Wastomi Suhari mengemukakan “ merubah image Bonek yang terpenting adalah adanya peran serta masyarakat agar memandang Bonek tidak dari sisi negativenya saja, tetapi lihat juga sisi positifnya."

Senin, 22 Februari 2010

"WASIT SANG DEWA PENOLONG"


Duel klasik Arema versus Persebaya di Kanjuruhan, Minggu (21/2/2010) malam, menghasilkan tiga poin untuk Singo Edan. Saat ini, Arema memuncaki klasemen dengan terpaut enam poin dari saingan terdekat, Persipura Jayapura.

Bagi Arema, kemenangan ini tentu saja sangat melegakan. Anak asuh Rene Robert memang perlu mengamankan poin di kandang, karena pada putaran kedua ini mereka berpotensi kehilangan banyak poin. Maklumlah lawan-lawan mereka cukup berat dan jago kandang semua: Persiwa Wamena, Persipura Jayapura, Persija Jakarta, Persib Bandung, Sriwijaya FC, dan bahkan PSPS Pekan Baru. Pada laga berat pertama melawan Persiba di Balikpapan, Arema sudah kehilangan tiga poin.

Namun dari sisi permainan, Arema belum bisa dibilang melegakan. Kemenangan 1-0 atas Persebaya Surabaya tadi malam belum menunjukkan performa kuat seorang kandidat juara. Permainan menyerang Arema ternyata dengan gagah berani diladeni oleh para pemain Persebaya dengan kedisiplinan pertahanan dan perang di lapangan tengah.

Arema memang mendominasi pertandingan, dari sisi persentase penguasaan bola. Wajar saja, karena sebagai tuan rumah, mereka memang terus menyerang. Namun dari sisi shots on target (tembakan ke gawang), dominasi persentase tersebut tak sebanding. Arema beberapa kali menerabas pertahanan lawan, namun barisan belakang Tim Bajul Ijo membuat Singo Edan seperti kehilangan akal dan tak lagi 'edan.

Di lapangan tengah, para pemain Arema acap kali kehilangan bola, karena salah umpan atau kena serobot. Malah para pemain Persebaya seperti John Tarkpor, Taufik, atau Josh Maguire (yang bermain di babak kedua), dengan leluasa menerabas dan memainkan bola.

Untunglah, di saat kritis itu, masih ada wasit Olehadi yang menjadi 'dewa penolong' bagi Singo Edan. Olehadi memberikan hukuman penalti untuk Persebaya atas aksi diving yang dilakukan Ridhuan menjelang bubar. Aksi diving itu sangat jelas tertangkap oleh kamera televisi. M. Syarifuddin, kiper Persebaya yang bermain gemilang sepanjang pertandingan, tak bisa lagi menjaga keperawanan gawangnya. Jika pada putaran pertama, Bonek berpesta dengan dua gol indah Taufik dan Andi Oddang, kini giliran Aremania berpesta dengan gol penalti cantik dari Pierre Njanka.

Dengan hasil tersebut, Arema tinggal butuh 15 poin untuk mencapai zona aman tetap berada di trek juara. Namun kemenangan ini juga menjadi catatan penting bahwa lini depan Arema masih belum sangat bertaji. Arema memang kokoh di pertahanan (hanya kebobolan 9 gol), namun barisan depan menyarangkan 27 gol. Itu pun, menurut data, hampir 15 persen (4 gol) dicetak melalui titik putih. Bahkan dua kemenangan kandang Arema, saat melawan Persiwa dan Persebaya (sama-sama dengan skor 1-0), hanya bisa diperoleh melalui hadiah penalti.

Bagi Persebaya, hasil itu memang pahit, karena posisi Tim Bajul Ijo tetap berada di posisi 12. Namun, apa yang terjadi Minggu malam di Kanjuruhan dipercaya justru bakal membuat tim Persebaya solid.

Selama ini, Persebaya sempat dilanda krisis. Tuntutan pemecatan dan pelengseran sejumlah pemain diteriakkan Bonek, karena beberapa kali performa Persebaya tak meyakinkan. Hasil 7 kali menang, 4 kali seri, dan 9 kali kalah sebelum melawan Arema, dianggap tak sebanding untuk tim sebesar Persebaya.

Para pendukung juga sempat berang dengan beberapa penampilan Persebaya yang kehilangan ciri khas Arek Suroboyo: ngeyel, cepat, dan trengginas sampai menit terakhir. Pelatih Danurwindo pun terancam pecat, dan tiga pertandingan (melawan Persib, Persema, dan Arema) jadi parameternya.

Namun Minggu malam, anak-anak Persebaya menunjukkan jika mereka belum habis. Permainan disiplin, ngotot, dan pantang menyerah kembali ditunjukkan. Anak-anak Persebaya seolah tak terpengaruh dengan teror yang sempat mereka alami dalam dua kali laga Malang: lemparan batu terhadap bis Persebaya saat melawan Persema, ditumpangkan 'kendaraan perang' rantis (kendaraan taktis), dan mendapat teror lemparan berbagai macam benda keras saat menuju stadion Kanjuruhan. Mereka tetap bermain tenang dan percaya diri.

Perjuangan mati-matian juga ditunjukkan oleh Anderson yang tetap bermain dengan kepala terbebat karena mengucurkan darah, setelah berbenturan dengan penyerang Arema Roman Chamello. Anderson juga berhasil meredam emosi kawan-kawannya yang merasa diperlakukan tak adil oleh wasit Olehadi. Kita berharap Anderson dan kawan-kawan tetap menunjukkan permainan yang luar biasa dalam laga-laga berikutnya. Terdekat saat melawan Persijap Jepara di Surabaya.

Apapun hasil tadi malam, kita bersyukur semua pihak bisa menerima dengan baik dan dewasa. Hasil tadi malam juga memberi hikmah: bahwa setiap tim berpotensi diuntungkan oleh wasit, sehingga tidak ada alasan bagi suporter dari klub mana pun untuk mengamuk dan merusak stadion dengan dalih harga diri karena dicurangi wasit.

Para Bonek pun agaknya menghargai benar hasil perjuangan arek-arek Persebaya. Begitu pertandingan usai, saya memperoleh pemberitahuan via SMS, bahwa sejumlah Bonek akan menyambut kedatangan para pemain Persebaya di perbatasan Surabaya malam itu juga. "Kami siap menyambut para pahlawan Persebaya," kata teman saya via SMS, salah satu Bonek.

Beberapa orang pendukung Persebaya mengirimkan SMS kepada saya, dan mengaku kecewa dengan keputusan wasit. Namun mereka menyatakan tidak dendam dan tetap memuji arek-arek Bajul Ijo.

Seorang pendukung Persebaya menuliskan lirik lagu penyanyi Dewi Lestari di status Facebook-nya, tentang bagaimana perjuangan arek-arek Persebaya yang berhasil menunjukkan mental jawara di kandang singa, dan tak seharusnya kalah. "Malaikat Juga Tahu Siapa yang Jadi Juaranya..."

Rabu, 17 Februari 2010

"BONEK" ANAK NEGERI INI

"BONEK" ANAK NEGERI INI

Hampir setiap orang di Indonesia, mungkin dunia pernah mendengar Julukan Suporter Bola dari Surabaya ini – BONEK (Bhondo Nekat). Beberapa hari belakangan ini fenomena Bonek semakin membuat resah kuping yang mendengarnya. Banyak yang kemudian menjadi Sinis Terhadap Bonek, meskipun tidak sedikit pula yang kemudian prihatin.

Beberapa peristiwa kekacauan yang disebabkan “Bonek mania” antara lain adalah kerusuhan pada pertandingan Copa Dji Sam Soe antara Persebaya Surabaya melawan Arema Malang pada 4 September 2006 di Stadion 10 November, Tambaksari, Surabaya. Selain menghancurkan kaca-kaca di dalam stadion, para pendukung Persebaya ini juga membakar sejumlah mobil yang berada di luar stadion antara lain mobil stasiun televisi milik ANTV, mobil milik Telkom, sebuah mobil milik TNI Angkatan Laut, sebuah ambulans dan sebuah mobil umum. Sementara puluhan mobil lainnya rusak berat. Atas kejadian ini Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman (sebelum banding) dilarang bertanding di Jawa Timur selama setahun kepada Persebaya, kemudian larangan memasuki stadion manapun di seluruh Indonesia kepada para bonek selama tiga tahun.
Sekitar Agustus 2006, bonek dijatuhi sanksi lima kali tidak boleh mendampingi timnya saat pertandingan away menyusul ulah mereka yang memasuki lapangan pertandingan sewaktu Persebaya menghadapi Persis Solo di final divisi satu. Ironisnya, tahun 2005, Persebaya justru rela dihukum terdegradasi ke divisi satu gara-gara mundur di babak 8 besar. Pihak klub beralasan untuk melindungi bonek agar tidak disakiti.



Tanggal 22-23 Januari 2010 kemarin, berita Bonek kembali merebak. Rombongan Bonek berangkat dan pulang menggunakan kereta menjadi atau menelan korban. Beberapa kerusakan terjadi di sepanjang jalan yang dilalui supporter ini. Media mengatakan Bonek berulah dan memakan korban. Dari sudut sebaliknya Bonek mengatakan telah menjadi Korban pelemparan Batu di Solo.

Apapun yang terjadi Korban telah berjatuhan, bukan hanya kerugian Materi tapi juga hilangnya nyawa telah menjadi tumbal. Lebih menakutkan daripada itu semua mental anak bangsa yang mengakar, perlahan-lahan merasuk menjadi sikap kehidupan biasa.

Bayangkan anak balita dengan mudah menirukan lagu-lagu rasis yang memang sering dinyanyikan bukan saja oleh Bonek tapi hampir semua supporter bola di tanah air.

Bagaimanapun Bonek adalah anak-anak bangsa yang mau tidak mau harus kita akui.

Bonek Juga Manusia

Jumat, 22 Januari 2010

Dituduh Rasis, Bonek Minta PSSI Belajar Bahasa

Suporter Persebaya, Bonek buka suara mengenai hukuman tidak boleh mendampingi Bajul Ijo disemua laga away selama dua tahun. Bonek menganggap, Komisi disiplin (Komdis) PSSI berlaku tidak adil dan terkesan 'mematikan' Bonek.

Hal itu dikarenakan ulah salah satu oknum Bonek yang nekat memasuki lapangan untuk ikut merayakan gol Lucky Wahyu, saat Persebaya tandang ke markas Pelita Jaya lalu. Beruntung aksi itu tidak berlanjut karena langsung diamankan oleh panpel.

Salah satu dedengkot Bonek, Nur Hasyim, Jumat (22/1/2009) mengaku keberatan dengan hukuman yang diberikan untuk Bonek. Ia mengendus hukuman yang diberikan Komdis terkesan tebang pilih dan kurang mendidik. Komdis sendiri telah menghukum panpel Pelita dengan denda Rp 20 juta.

"Kita tidak ada yang masuk ke lapangan, tapi kalau di pinggir lapangan memang iya. Seharusnya yang dipersalahkan panpel, mengapa mereka bisa sampai di situ. Bagaimana kinerja keamanan panpel kok sampei kecolongan seperti itu," tandas Hasyim saat dihubungi pagi ini.

Hasyim menambahkan, dia sangat heran dengan ulah Komdis yang menjatuhkan hukuman percobaan berupa denda Rp250 juta kepada panpel Persebaya. Ini merupakan buntut nyanyian rasis yang dilakukan Bonek saat Bajul Ijo bertemu Arema 16 Januari lalu.

"Kok malah semakin lucu. Sepertinya Komdis harus belajar tata bahasa. Hujatan dengan rasis beda kan. Jangankan di Indonesia, di Inggris suporter juga saling menghujat. Kami, Aremania, LA Mania, Persikmania sama-sama orang Jawa kok. Kalau kami menghina suku atau ras lain baru itu dikatakan rasis," lanjut Hasyim.

Sebelumnya, hukuman serupa juga diterima Persela Lamongan karena LA Mania. Saat itu, alasan komdis juga saja, yakni nyanyain LA Mania yang menghujat Persebaya dinilai mengandung unsur rasisme.

Padahal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rasisme adalah prasangka berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan yang berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda; atau paham yang memandang ras diri sendiri adalah ras yang paling unggul.

"Ya gitu deh PSSI. Perlakuan komdis terkesan tebang pilih. Seharusnya memberikan hukuman yang mendidik. Kalau orang berbuat salah harus dibetulkan, jangan dihukum seperti itu. Persebaya kan baru di Superliga, tapi apa PSSI sosialisasi aturan ke suporter," sambung pria berambut gondrong itu.

Tak hanya itu, ia mencium selama ini hukuman atau denda menjadi ladang bisnis bagi PSSI. Sebab denda yang diberikan komdis nilainya cukup besar. "Dikit-dikit denda, emang mau kemana larinya uang itu. Kalau mau adil Komdis juga harus mau dikoleksi. Jangan hanya berikan hukuman tanpa tidak ada solusi," paparnya.

Ia hanya berharap ke depan Komdis harus bersikap lebih adil. Sebab selama ini dirinya bersama barisan Bonek sudah berusaha untuk mengubah imej menjadi suporter bermartabat. Tapi menurutnya, selama ini tidak ada apresiasi dari kalangan sepakbola nasional

"Coba lihat kalau kita main di kandang, kalah, menang atau seri kita bisa menerima hal itu. Kita tidak perlu penghargaan, cukup apreasiasi. Lagi pula suporter di Indonesia tidak ada yang terbaik, kalau suporter terkreatif oke kita bisa terima itu," pungkasnya.

Memang beberapa pekan ini kinerja Komdis dalam sorotan. Lihat bagaimana mereka mendegradasi Persikad Depok akibat gagal menggelar pertandingan lawan Pro Duta dan Persiba Bantul. Itu pun masih ditambahi denda Rp 250 juta dan tidak diperkenankan mengikuti kompetisi Divisi I musim berikutnya.

Padahal fakta lain menunjukkan bagaimana murah hatinya PSSI ketika Persija Jakarta gagal menggelar laga lawan Persebaya dan Persitara Jakarta Utara dengana lasan tidak mendapat izin keamanan. Kalau mau adil, seharusnya Macan Kemayoran kalah WO, atau kalau mau lebih kejam, mereka juga harus menerima hukuman seperti Persikad.


Sumber: beritajatim.com

Supporter,Korban Dari Sebuah Sistem Yang Tidak Berjalan ! ! !

Menurut saya sungguh picik jika kita sekadar menonton, mendengar atau membaca berita sebuah kerusuhan di tempat yang damai lalu dengan mudahnya menghakimi “ah payah ah, dasar supporter kampungan” (terlebih Anda adalah penggemar atau penggila sepak bola tetapi tidak pernah datang ke stadion alias terlalu senang dengan sepak bola luar negeri alias tidak suka atau mungkin tidak peduli dengan perkembangan sepak bola domestik).

Suka tidak suka, peristiwa pelemparan atau pembakaran di dalam stadion di Indonesia adalah cerita lama yang terus berulang-ulang bahkan sejak jaman kompetisi perserikatan dan galatama masih berjalan masing-masing. Terkait hal ini, tentu kita semua juga tahu bahwa berbagai usaha berbentuk himbauan kepada supporter agar berlaku tertib mungkin setiap tahun ada spanduk atau flyer yang dibagikan disekitar stadion. Lalu mengapa tidak ada perubahan? pasti ada yang salah disini.

Bukan saya mau bersikap sok tahu, tetapi saya ceritakan sedikit yang terjadi di stadion mungkin hampir di seluruh Indonesia:
Match Steward

Match Steward

1. Tahukah Anda jika banyak petugas keamanan yang datang ke stadion tetapi matanya tertuju kepada lapangan pertandingan dan bukan mengawasi penonton?
Ini sebetulnya kesalahan kecil, tetapi berdampak besar. Kenapa, karena sebetulnya saat petugas keamanan mengawasi supporter sepanjang pertandingan, maka letupan-letupan kecil yang ada bisa langsung terdeteksi.

2. Tahukah Anda ada larangan membawa air dalam kemasan (botol) tetapi banyak sekali pedagang yang berjualan air mineral dalam kemasan (botol) berkeliaran di areal tribun penonton?
Terkesan aneh, botol minuman tidak boleh masuk, tetapi pedagang bebas berkeliaran. Tanya kenapa?

3. Tahukah Anda jika tiket pertandingan biasanya di cetak lebih sedikit dari kapasitas stadion, tetapi banyak penonton tanpa tiket yang bisa masuk ke stadion dengan membayar sejumlah uang kepada oknum petugas yang berakibat sesaknya stadion bahkan bisa meluber ke sisi lapangan.
Ini fakta! silakan Anda bertanya kepada teman yang suka datang ke stadion, jawabnya pasti sama. Bagaimana kenyamanan menonton yang menjadi hak pemilik tiket akan tercipta jika hal seperti ini terus terjadi.

4. Tahukah Anda, ada pagar tinggi yang menjadi pemisah antara petugas keamanan dan penonton di stadion?
Jika terjadi suatu keadaan chaos karena segelintir orang yang terlihat adalah segerombolan kelompok supporter melawan sejumlah petugas keamanan saling serang.

5. Tahukah Anda, saya jarang sekali melihat petugas keamanan yang ditempatkan di areal supporter, jika sekalinya ada, jumlahnya tidak seimbang dengan jumlah supporter.
Percaya atau tidak, supporter memiliki kemampuan untuk menghancurkan tembok lantai stadion dan menjadikannya sebagai alat untuk menyerang. Percaya atau tidak juga, supporter juga sangat mudah untuk mengumpulkan beragam plastik dan kardus bekas yang ditinggalkan pedagang untuk dibakar.

Menilik lima hal yang saya sebutkan di atas sebetulnya peranan panpel dan petugas keamanan untuk menciptakan iklim stadion yang kondusif sebenarnya sangat dominan, JAUH LEBIH DOMINAN DIBANDING SUPPORTER ITU SENDIRI. Kenapa, karena jika di telusuri lebih dalam lagi supporter ternyata hanyalah korban dari sebuah sistem yang tidak dijalankan dengan baik atau jika mau lebih ekstrim kita katakan saja SISTEM YANG SALAH.

Salah bagaimana? Tentu salah..!!! petugas keamanan ada, sistem untuk masuk ke stadion yang memakai tiket sudah diterapkan tetapi, kok bisa ya oknum petugas disogok sehingga penonton tanpa tiket bisa masuk yang berakibat menonton tidak nyaman penuh sesak? kok bisa ya ada pedagang berkeliaran menjual hal-hal yang dilarang di pintu masuk stadion? kok bisa ya petugas keamanan yang ditempatkan di tribun penonton sedikit? padahal letupan kerusuhan itu biasanya berawal dari sana.

Kalau sudah membaca seperti ini, apa masih mau menyebut supporter biang kerok kerusuhan? saya sih lebih melihat supporter adalah korban dari sebuah sistem yang tidak berjalan mulus dan sistem inilah yang harus diperbaiki dan disorot habis-habisan, karena jika menyorot supporter saja, sekali lagi saya menilai supporter adalah korban.

Lalu bagaimana dengan oknum supporter? loh bukankah negara ini negara hukum? TEGAKAN HUKUM, TANGKAP PERUSUH, PROSES SESUAI DENGAN HUKUM YANG BERLAKU.

SEKALI LAGI SAYA TEKANKAN, SUPPORTER ADALAH KORBAN DARI SISTEM YANG TIDAK BERJALAN DENGAN BAIK…!!!


Kamis, 07 Januari 2010

Angkat jempol buat arek-arek Suroboyo (BONEK MANIA) yang dukung langsung ke jepara....
Dari awal pada saat mau memasang spanduk di usir suporter Persijap di tribun VIP....
Lalu anak-anak Jetmen provokasi lewat lagu....
Sampai pulangnya pun masih di kerjain panpel....
Meskipun begitu tetap arek-arek BONEK selalu sabar dan ngga' ada keributan sedikitpun/keonaran....

Yang paling berkesan saat Jetmen provokasi lewat lagu dengan nyanyi "bonek dibunuh aja"....
Arek-arek BONEK MANIA bukannya membalas lagu tersebut tapi mereka cukup membalas dengan tepuk tangan yang membuat Jetmen
terdiam....
Alhamdullilah kesabaran arek-arek BONEK MANIA berbuah manis....
Penonton VIP yang tadinya cekcok dengan arek-arek BONEK MANIA dan sempet terdengar suara"bonek kere" malah bersimpati....
Saat jeda pertandingan mereka malah membelikan aqua dan macam-macam makanan.... salute..(sayang bgt kejadian ini ga di sorot media)....

teruskan kerendahan hati kalian...tetaplah tenang meski di provokasi....

BUKTIKAN BONEK bukan perusuh...bonek adalah bondo dan tekad....